Tanpa sepengetahuan malaikat maut, Allah SWT kemudian menyelamatkan bayi tersebut dengan cara-Nya sampai bayi itu tumbuh besar dan menjadi ulama yang dicintai Allah SWT.
Riwayat lain menceritakan dengan kisah yang berbeda. Malaikat maut sedang bertugas untuk mencabut nyawa seorang wanita yang tenggelam di suatu sungai. Malaikat maut menangis karena wanita itu mempunyai dua anak yang masih kecil. Takdir kedua anak itu tidak meninggal jadi mereka selamat dan malaikat maut membantu menepikan kedua anak itu.
Melihat dua anak yang masih kecil itu, malaikat maut pun menangis karena jika ia mencabut nyawa wanita itu maka mereka akan kehilangan ibunya dan hidup sebatang kara.
Beberapa tahun berlalu, kedua anak itu tumbuh dewasa dan atas ijin Allah, mereka sama-sama menjadi raja di daerah yang berbeda.
Kematian adalah kepastian yang akan datang namun kita tidak pernah tahu kapan kita akan mati, dimana, atau bagaimana keadaan kita saat mati. Itu semua adalah urusan Allah sehingga tak ada seorang pun yang tahu. Satu yang jelas bahwa kita tidak akan pernah bisa memajukan atau bahkan memundurkan waktu malaikat maut mencabut nyawa kita.
Berdasarkan kisah tersebut, malaikat maut juga pernah merasakan iba pada makhluk yang akan dicabut nyawanya. Meskipun demikian, malaikat maut akan tetap melakukan tugasnya sebagaimana perintah Allah SWT. Karena kematian yang tidak terduga maka kita hanya bisa mempersiapkan bekal sebaik mungkin.
Apa yang kita lakukan atau katakan di dunia ini akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Untuk bisa selamat dari siksaan neraka maka kita harus mempersiapkan diri dengan amalan sebanyak-banyaknya untuk menghadapi kematian. Bahkan, ada kata mutiara yang mengatakan bahwa pikirkan saja jika besok kita akan mati maka hari ini kita akan melakukan ibadah dan amalan yang terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar